Skip to main content

TIGA KEADAAN MANUSIA DAN MANAJEMEN EFEKTIF

 


Dalam kehidupan di dunia yang fana ini, hanya terdapat tiga keadaan manusia. Dalam keadaan senang dan sedih, sama saja terdapat tiga kondisi ini. Bagi seorang mukmin atau orang kafir, sama saja terdapat tiga keadaan ini. Tiga keadaan ini menggambarkan kondisi mereka. Apa saja tiga keadaan itu? Uraian sederhana ini akan menjelaskan tiga hal ini.

Tiga keadaan tersebut adalah keadaan berbaring, keadaan duduk dan keadaan berdiri. Sebagian menganggap tiga hal ini merupakan tiga tahapan manusia dalam membangun kekuatannya. Sebagian lagi menyangka bahwa tiga keadaan ini tidak memiliki nilai dan pelajaran apa-apa, karena merupakan kondisi wajar yang dialami manusia.

Menurut penulis, ketiganya merupakan keadaan lengkap seorang manusia, yang bisa dilakukan secara bergantian. Dinamika gerakan manusia dalam kehidupan tampak pada ketiganya, yaitu berbaring, duduk dan berdiri. Kajian terhadap ketiganya bisa dihubungkan dengan aspek kehidupan manusia, bahkan pada seluruh aspeknya.

Berbaring adalah keadaan terkuat bagi manusia. Semua tubuh manusia menjadi tumpuannya. Bayi yang baru lahir sudah mampu berbaring. Kelebihannya, bagi orang yang berbaring tidak akan jatuh. Bukan tidak ada aktifitas yang dikerjakan saat berbaring, sangat banyak. Pada situasi dan keadaan seperti ini, akal fikiran manusia yang bekerja, Telentang, miring kanan kiri, tengkurap hanya begitu penampakan manusia saat berbaring. Pada keadaan ini, manajemen tidur dan manajemen bangun yang perlu dilakukan. Bagi bayi inilah awal dia membangun kemampuannya. Bagi orang dewasa inilah dia membangunkan kembali kekuatannya, setelah habis terkuras oleh aktifitas duduk dan berdiri. 

Duduk banyak bentuknya, ada yang duduk setelah berdiri dan ada juga duduk setelah berbaring. Untuk bisa duduk membutuhkan kekuatan punggung untuk tegak. Duduk sangat dibutuhkan manusia dalam mengurai semua masalah yang dihadapi. Keadaan duduk membutuhkan tempat untuk duduk, bisa kursi atau sejenisnya. Karenanya, setiap hal yang dihadapi manusia didudukan pada tempatnya dan tentu membutuhkan keseimbangan yang baik sehingga bisa duduk dengan baik. Ungkapan "Ngopi dulu biar tidak buntu" adalah ungkapan yang dilakukan dalam keadaan duduk. Minum kopi dengan duduk.

Dalam hal yang positif dan berakibat baik, keadaan duduk sangat dicela, karena orang yang duduk dia tidak ikut andil dalam hal yang baik dan positif. Namun, aktifitas yang bermanfaat terhadap diri harus dilakukan dalam keadaan duduk, seperti makan, minum, belajar dan buang hajat.

Berdiri, adalah keadaan manusia mempunyai kekuatan dan keseimbangan diri. Keadaan berdiri, termasuk berjalan dan berlari membutuhkan tingkat keseimbangan yang baik. Kondisi berdiri merupakan kondisi yang rawan karena tumpuan hanya pada kedua kaki. Namun, berdiri merupakan bentuk penghormatan dan penghargaan kepada orang yang datang. Selamat karena anda sudah mampu berdiri. terus jaga keseimbangan lahir batin. Berdiri menunjukkan banyak hal, sesuai dengan batin orang yang melakukannya. Manajemen yang lebih komplit perlu dilakukan manusia saat dirinya sudah mampu berdiri. Inilah awal gerak yang dinamis dimulai. Kenali dan pahami kedirian anda saat sudah bisa berdiri. 

Bagi seorang pekerja dan karyawan, berbaring merupakan simbol bahwa manusia itu sedang sakit. Sedangkan duduk merupakan simbol bahwa manusia itu malas. Berdiri menunjukkan pada semangat bekerja dan berkarya. Pandangan parsial membenarkan ketiga hal ini bahkan sangat setuju sekali, begitulah pandangan parsial yang hanya memandang keadaan pada satu saja. Penampakan secara lahir hanya berbaring, duduk dan berdiri, namun dari penampakan lahir ditampilkan maksud secara tersebunyi, hal ini menunjukkan bahwa dalam diri manusia terdapat hubungan lahir batin. Karena itu, pandangan secara lengkap terhadap ketiga keadaan manusia ini dalam aspek lahiriah dan batiniyah yang perlu dilakukan.

Dalam Al Quran, Alloh SWT menyebutkan tiga keadaan ini, manusia yang sedang ditimpa ujian yang tidak disukainya dan masalah yang berat dalam urusan kehidupannya, dia selalu mengingat Alloh SWT dalam keadaan berbaring, duduk dan berdiri. Namun setelah mereka dikeluarkan Alloh SWT dari masalah yang menghimpit, dia kembali kafir dan ingkar kepada Alloh SWT tentunya dalam setiap keadaannya (berbaring, duduk dan berdiri). Begitulah sikap dan perilaku orang Kafir. Urutan penyebutan Al Quran terhadap sikap orang kafir itu, pertama dalam keadaan berbaring, duduk dan berdiri. apa maksudnya? silahkan direnungkan.

Yang jelas, Alloh SWT juga menyebutkan tiga keadaan ini tentang Ulul Albab, mereka adalah orang mukmin yang selalu berfikir dan berdzikir kepada Alloh SWT dalam keadaan berdiri, duduk dan berbaring. Kalau diperhatikan urutan penyebutan Al Quran terhadap orang mukmin, pertama berdiri, duduk dan berbaring. Rosulullah SAW juga menasehati seorang muslim yang marah, jika dia sedang marah dalam keadaan berdiri maka segera duduk, jika marah dalam keadaan duduk segera berbaring. dan berbaring selalu diurutan terakhir dalam penyebutan keadaannya terhadap orang mukmin.

Semoga kita semua menjadi orang yang selalu mengingat Alloh SWT dalam setiap keadaan kita.

Comments

Popular posts from this blog

Amtsilah Tasrifiyah Karya Syeikh Muhammad Maksum bin Ali

Kitab amtsilah tasrifiyah adalah kitab rujukan bagi setiap santri yang ingin memiliki kemampuan membaca kitab. Di dalamnya sebagaimana namanya contoh berisikan contoh-contoh tasrifan baik istilahi ataupun tashrif lughowi. Bagi santri awal, menghafal contoh-contoh dalam kitab ini merupakan kegiatan yang harus dilakukan. Dan itu merupakan langkah awal sebelum memahami ilmu Shorof dan cara mentasrif Isim atau pun fi'il. Untuk tahap awal maka semua santri yang belajar bahasa Arab maka perlu melalui tahap latihan membaca semua amtsilah (contoh-contoh) Isim dan Fiil yang ada pada kitab Amtsilah Tasrifiyah. Syekh Muhammad Maksum bin Ali, kesimpulan penulis, sudah melakukan penelitian secara menyeluruh sehingga mampu menghadirkan contoh yang komprehensif mencakup semua informasi tentang Fiil dan Isim sesuai dengan wazan tertentu.  berikutnya, kami tautkan link kitab Amtsilah Tasrifiyah bagi santri dan mahasiswa yang sudah pasti sangat bertumpu pada kitab ini dalam berinteraksi dengan bahas

AKAL SEHAT MANUSIA

  Dalam kamus lisanul Arab yang dikarang oleh Ibnu Manzur, Asy Syibawaih menjelaskan bahwa akal artinya terikat, terjaga, dan terbatas. "Uqila lahu Syai’un" artinya iya dijaga, iya diikat, atau iya dibatasi oleh sesuatu. Ibnu Bari mengartikan akal sebagai sesuatu yang memberikan kesabaran dan nasihat bagi orang yang memerlukan. Akal memiliki karakteristik bahwa: 1. Pemilik akal mampu mengekang hawa nafsunya dan menolak rayuannya untuk masuk pada kebinasaan, menjaga dari terjerumus ke kehancuran. 2. Akal membedakan manusia dari seluruh hewan. Dalam agama Islam, akal tidak semata-mata berkaitan dengan aspek nalar, hafalan, dan semisalnya. Tetapi, mencakup keterkaitannya dengan moral. Keterkaitan antara akal dan moral dapat diketahui dalam hadits Nabi yang diriwayatkan dari Sahabat Abu Darda’ radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Wahai Uwaimir, tambahilah akalmu niscaya kau akan bertambah dekat dengan Tuhanmu!" Lalu Abu Darda bertanya, "Bagaimana

Solusi Kualitas Pendidikan lebih baik? Islamisasi Ilmu Pengetahuan

  Pembahasan sejarah epistemologi Barat dimulai dengan asal-usul kata "epistemologi" dari bahasa Yunani, yaitu episteme (pengetahuan) dan logos (teori atau alasan). Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki keaslian pengertian, struktur, metode, dan validitas ilmu pengetahuan. Dalam perkembangannya, epistemologi Barat melalui fase filsafat kuno, Hellenis, Abad Pertengahan, dan Abad Modern. Filsafat kuno diwakili oleh Plato dan Aristoteles, dengan pemikiran tentang keyakinan yang benar, pengetahuan, dan kebodohan. Pada periode Hellenis muncul aliran seperti epikurianisme, stoikisme, dan skeptisisme. Abad Pertengahan diwakili oleh Thomas Aquinas dan William of Ockham. Filsafat modern membawa rasionalisme, empirisme, kritisisme, dan positivisme. Rasionalisme menekankan akal sebagai sumber utama pengetahuan, sementara empirisme mengandalkan pengalaman. Kritisisme, yang diperkenalkan oleh Immanuel Kant, menggabungkan elemen rasionalisme dan empirisme. Positivisme men