Skip to main content

Sistem Pembinaan Peserta Didik menurut QS Al Kahfi ( Kajian Tafsir Tarbawi )


SISTEM PEMBINAAN PESERTA DIDIK DALAM Q.S. AL KAHFI AYAT 65-82 (STUDI TAFSIR PENDIDIKAN)

Pada umumnya, kajian mengenai manajemen kesiswaan bersumber dari kajian para  peneliti  mengikuti  teori  manajemen  dalam  industri.  Siswa  sebagai  peserta  didik kerap  kali  dianggap  sebagai  input,  yang  biasanya  dalam  industri  dianggap  sebagai bahan  baku  yang  nantinya  akan  dikelola  sehingga  menjadi  produk  yang  diterima masyarakat. Karena itu, kajian pembinaan peserta didik masih jarang yang bersumber dari ayat-ayat Alquran. Di samping itu, kajian secara praktis dari ayat al-qur'an belum banyak dilakukan oleh para penulis (peneliti).  

Berangkat dari kondisi di atas, maka penulis melakukan kajian khusus terkait dengan  pembinaan  siswa  atau  peserta  didik  dalam  manajemen  kesiswaan  yang diambil  dari  ayat-ayat  Al  Quran.  Pada  kajian  ini  akan  menjelaskan  tafsir  pendidikan dalam Al Quran surah Al Kahfi ayat 65-82, dimana pada ayat tersebut, dalam kajian penulis,  memberikan  gambaran  yang  utuh  terkait  dengan  manajemen  kesiswaan sekaligus  prinsip  yang  harus  dilakukan  peserta  didik  dalam  mengikuti  pembinaan. Juga sebagai salah satu jawaban dari kecenderungan kajian ilmiah dewasa ini, bahwa Al  Quran  sebagai  ajaran  yang  sempurna  dan  paripurna  untuk  umat  manusia seluruhnya perlu digali dan dikaji agar konsep dan teori manajemen pendidikan secara umum,  dan  manajemen  peserta  didik  secara  khusus  bisa  disajikan  dari  rahim  umat Islam. 

Oleh karena itu, kajian ini sangat penting untuk dihadirkan karena membahas pada kore kajian manajemen pendidikan Islam khususnya pada manajemen kesiswaan (peserta didik). 

 Kajian  manajemen  peserta  didik  dalam  QS  Al  Kahfi  ayat  65-82  meliputi, kegiatan  dalam  manajemen  peserta  didik  yang  dimulai  dari    pendaftaran,  seleksi, orientasi  masuknya  siswa,  mengikuti  seleksi  tes  masuk  siswa.  Selanjutnya,  kegiatan setelah siswa diterima dan mengikuti proses pendidikan dan pembinaan, sampai pada bahasan  peserta  didik  dinyatakan  lulus  dan  yang  gagal  dalam  pembinaan.  Semua bahasan  itu  digambarkan  secara  padat  dan  tersirat  jelas  dalam  ayat-ayat  yang  nanti dibahas dalam kajian ini. 

untuk lebih detail mengenai pembahasan sistem pembinaan peserta didik dalam surah Al Kahfi, bisa melanjutkan ke link jurnal publikasi kajian ini. berikut link jurnalnya. https://e-jurnal.stail.ac.id/index.php/tadibi/article/view/168


Comments

Popular posts from this blog

Amtsilah Tasrifiyah Karya Syeikh Muhammad Maksum bin Ali

Kitab amtsilah tasrifiyah adalah kitab rujukan bagi setiap santri yang ingin memiliki kemampuan membaca kitab. Di dalamnya sebagaimana namanya contoh berisikan contoh-contoh tasrifan baik istilahi ataupun tashrif lughowi. Bagi santri awal, menghafal contoh-contoh dalam kitab ini merupakan kegiatan yang harus dilakukan. Dan itu merupakan langkah awal sebelum memahami ilmu Shorof dan cara mentasrif Isim atau pun fi'il. Untuk tahap awal maka semua santri yang belajar bahasa Arab maka perlu melalui tahap latihan membaca semua amtsilah (contoh-contoh) Isim dan Fiil yang ada pada kitab Amtsilah Tasrifiyah. Syekh Muhammad Maksum bin Ali, kesimpulan penulis, sudah melakukan penelitian secara menyeluruh sehingga mampu menghadirkan contoh yang komprehensif mencakup semua informasi tentang Fiil dan Isim sesuai dengan wazan tertentu.  berikutnya, kami tautkan link kitab Amtsilah Tasrifiyah bagi santri dan mahasiswa yang sudah pasti sangat bertumpu pada kitab ini dalam berinteraksi dengan bahas

AKAL SEHAT MANUSIA

  Dalam kamus lisanul Arab yang dikarang oleh Ibnu Manzur, Asy Syibawaih menjelaskan bahwa akal artinya terikat, terjaga, dan terbatas. "Uqila lahu Syai’un" artinya iya dijaga, iya diikat, atau iya dibatasi oleh sesuatu. Ibnu Bari mengartikan akal sebagai sesuatu yang memberikan kesabaran dan nasihat bagi orang yang memerlukan. Akal memiliki karakteristik bahwa: 1. Pemilik akal mampu mengekang hawa nafsunya dan menolak rayuannya untuk masuk pada kebinasaan, menjaga dari terjerumus ke kehancuran. 2. Akal membedakan manusia dari seluruh hewan. Dalam agama Islam, akal tidak semata-mata berkaitan dengan aspek nalar, hafalan, dan semisalnya. Tetapi, mencakup keterkaitannya dengan moral. Keterkaitan antara akal dan moral dapat diketahui dalam hadits Nabi yang diriwayatkan dari Sahabat Abu Darda’ radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Wahai Uwaimir, tambahilah akalmu niscaya kau akan bertambah dekat dengan Tuhanmu!" Lalu Abu Darda bertanya, "Bagaimana

Solusi Kualitas Pendidikan lebih baik? Islamisasi Ilmu Pengetahuan

  Pembahasan sejarah epistemologi Barat dimulai dengan asal-usul kata "epistemologi" dari bahasa Yunani, yaitu episteme (pengetahuan) dan logos (teori atau alasan). Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki keaslian pengertian, struktur, metode, dan validitas ilmu pengetahuan. Dalam perkembangannya, epistemologi Barat melalui fase filsafat kuno, Hellenis, Abad Pertengahan, dan Abad Modern. Filsafat kuno diwakili oleh Plato dan Aristoteles, dengan pemikiran tentang keyakinan yang benar, pengetahuan, dan kebodohan. Pada periode Hellenis muncul aliran seperti epikurianisme, stoikisme, dan skeptisisme. Abad Pertengahan diwakili oleh Thomas Aquinas dan William of Ockham. Filsafat modern membawa rasionalisme, empirisme, kritisisme, dan positivisme. Rasionalisme menekankan akal sebagai sumber utama pengetahuan, sementara empirisme mengandalkan pengalaman. Kritisisme, yang diperkenalkan oleh Immanuel Kant, menggabungkan elemen rasionalisme dan empirisme. Positivisme men