Skip to main content

MASYARAKAT BELAJAR DAN BELAJAR MASYARAKAT, Kesadaran Sosial untuk sukses bersama-sama

Kesadaran  belajar pada konteks social masyarakat membentuk satu “Masyarakat Belajar”.  Dalam “Masyarakat Belajar”, seluruh anggota bertanggung jawab atas perkembangan belajar setiap anggota kelompoknya.  Mereka harus berupaya membuat seluruh anggota kelas mencapai tujuan pembelajaran secara bersama-sama dengan cara belajar bersama, saling bertanya dan menjawab, saling membantu, tidak ada yang mendominasi dan  tidak ada kompetisi.

Dalam “Masyarakat Belajar”, setiap peserta didik percaya bahwa setiap anggota kelompok memiliki pengalaman dan pengetahuan penting yang dia sendiri tidak atau belum memilikinya. Setiap pengalaman  layak dikomunikasikan baik secara lisan (untuk dibicarakan dan didengarkan)  maupun tertulis (untuk ditulis dan dibaca). Semua anggota yakin bahwa apabila pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki masing-masing anggota itu saling dipertukarkan, maka seluruh anggota akan memiliki pengetahuan dan pengalaman yang kaya.


Ketrampilan  untuk bisa bekerja sama menjadi salah satu tujuan pembelajaran berbasis “Masyarakat Belajar”. Teknik belajar yang berbasis “Masyarakat Belajar” bisa berlangsung apabila setiap anggota mau sharing pengalaman dengan yang lain, mau bertanya kepada yang lain, mau  mendengarkan dan menghargai pendapat yang lain, dan mau membantu yang lain. Dalam teknik belajar ini sistim persaingan yang menekankan upaya mengunggulkan diri sendiri dan meninggalkan yang lain harus dibuang jauh-jauh.

Penggalakan sistim belajar dengan “Masyarakat Belajar” didorong oleh kenyataan di dunia bahwa orang yang sukses dalam karir saat ini bukan orang yang unggul dalam bersaing tetapi orang yang unggul dalam bekerjasama dengan orang lain. Dunia melihat bahwa kita bangsa-bangsa di dunia ini tidak bisa hidup sendiri. Kita bangsa-bangsa di dunia ini tidak mampu menyelesaikan persoalan dunia ini sendirian. Perdamaian di dunia ini belum bisa terwujud karena kita belum mampu bekerjasama dengan baik. Persaingan yang selama ini menjadi pegangan dalam arena hidup di dunia ini telah dirasakan saling merugikan. 

Badan Akreditasi Kampus perguruan tinggi sekarang ini memberi nilai lebih pada kampus perguruan tinggi yang mau berusaha lebih maju dengan  bekerjasama saling membagi sumber daya dengan  kampus perguruan tinggi lain.  Bahkan di Perguruan Tinggi, ada hibah kemitraan yang jelas-jelas menilai tinggi Program studi atau  unit yang bisa bekerja sama dengan program studi lain atau unit lain baik dalam satu  perguruan tinggi maupun dengan program studi atau unit dari perguruan tinggi lain. Paradigmanya sekarang ialah semakin tinggi kemampuan seseorang,  lembaga,  kelompok masyarakat, atau bahkan satu negara dalam menggalang kerjasama yang saling menguntungkan dengan yang lain, semakin tinggilah kemungkinan keberhasilannya. Semoga sukses bersama dengan cerdas bekerjasama. Wallohu A’lamu.

*kajian ini adalah kutipan dalam artikel Ilmiah yang berjudul, “DESAIN PEMBELAJARAN QIROAH KITABAH BERBASIS KONTEKS DI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM LUQMAN AL HAKIM SURABAYA” oleh Damanhuri, M.Pd (Dosen Bahasa Arab).



Comments

Popular posts from this blog

Amtsilah Tasrifiyah Karya Syeikh Muhammad Maksum bin Ali

Kitab amtsilah tasrifiyah adalah kitab rujukan bagi setiap santri yang ingin memiliki kemampuan membaca kitab. Di dalamnya sebagaimana namanya contoh berisikan contoh-contoh tasrifan baik istilahi ataupun tashrif lughowi. Bagi santri awal, menghafal contoh-contoh dalam kitab ini merupakan kegiatan yang harus dilakukan. Dan itu merupakan langkah awal sebelum memahami ilmu Shorof dan cara mentasrif Isim atau pun fi'il. Untuk tahap awal maka semua santri yang belajar bahasa Arab maka perlu melalui tahap latihan membaca semua amtsilah (contoh-contoh) Isim dan Fiil yang ada pada kitab Amtsilah Tasrifiyah. Syekh Muhammad Maksum bin Ali, kesimpulan penulis, sudah melakukan penelitian secara menyeluruh sehingga mampu menghadirkan contoh yang komprehensif mencakup semua informasi tentang Fiil dan Isim sesuai dengan wazan tertentu.  berikutnya, kami tautkan link kitab Amtsilah Tasrifiyah bagi santri dan mahasiswa yang sudah pasti sangat bertumpu pada kitab ini dalam berinteraksi dengan bahas

AKAL SEHAT MANUSIA

  Dalam kamus lisanul Arab yang dikarang oleh Ibnu Manzur, Asy Syibawaih menjelaskan bahwa akal artinya terikat, terjaga, dan terbatas. "Uqila lahu Syai’un" artinya iya dijaga, iya diikat, atau iya dibatasi oleh sesuatu. Ibnu Bari mengartikan akal sebagai sesuatu yang memberikan kesabaran dan nasihat bagi orang yang memerlukan. Akal memiliki karakteristik bahwa: 1. Pemilik akal mampu mengekang hawa nafsunya dan menolak rayuannya untuk masuk pada kebinasaan, menjaga dari terjerumus ke kehancuran. 2. Akal membedakan manusia dari seluruh hewan. Dalam agama Islam, akal tidak semata-mata berkaitan dengan aspek nalar, hafalan, dan semisalnya. Tetapi, mencakup keterkaitannya dengan moral. Keterkaitan antara akal dan moral dapat diketahui dalam hadits Nabi yang diriwayatkan dari Sahabat Abu Darda’ radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Wahai Uwaimir, tambahilah akalmu niscaya kau akan bertambah dekat dengan Tuhanmu!" Lalu Abu Darda bertanya, "Bagaimana

Solusi Kualitas Pendidikan lebih baik? Islamisasi Ilmu Pengetahuan

  Pembahasan sejarah epistemologi Barat dimulai dengan asal-usul kata "epistemologi" dari bahasa Yunani, yaitu episteme (pengetahuan) dan logos (teori atau alasan). Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki keaslian pengertian, struktur, metode, dan validitas ilmu pengetahuan. Dalam perkembangannya, epistemologi Barat melalui fase filsafat kuno, Hellenis, Abad Pertengahan, dan Abad Modern. Filsafat kuno diwakili oleh Plato dan Aristoteles, dengan pemikiran tentang keyakinan yang benar, pengetahuan, dan kebodohan. Pada periode Hellenis muncul aliran seperti epikurianisme, stoikisme, dan skeptisisme. Abad Pertengahan diwakili oleh Thomas Aquinas dan William of Ockham. Filsafat modern membawa rasionalisme, empirisme, kritisisme, dan positivisme. Rasionalisme menekankan akal sebagai sumber utama pengetahuan, sementara empirisme mengandalkan pengalaman. Kritisisme, yang diperkenalkan oleh Immanuel Kant, menggabungkan elemen rasionalisme dan empirisme. Positivisme men