Skip to main content

Teknik Baca Kitab Metode SNW, mudah dan cepat

Apa yang harus dilakukan? Kalau kalian ingin bisa baca kitab atau ingin lancar dan paham kitab. Atau ingin mendalami ilmu bahasa khususnya kemampuan membaca kitab, baik gundul atau gondrong.

Sederhana saja.  Banyak penjelasan yang bisa kalian dapatkan. Tetapi intinya sih praktek. Praktek apa?  Praktek baca kitab. Seperti orang yang ingin belajar berenang, kalau di kelas saja dan duduk-duduk terus ya sulit untuk bisa berenang.

Cobalah datang ke kolam renang lalu lompat dan berenanglah! Intinya bagaimana bisa berenang adalah selamat dari tenggelam.

Dan, tentu saja, secara reflek setiap orang akan melakukan segenap daya dan upaya meskipun dengan gaya bebas tetap akan dilakukannya. Tetapi bagaimanapun juga itulah awal berenang yang paling baik. Tinggal diperbaiki dan kembali diperbaiki.

Beberapa tahun yang lalu,  di kampus Panceng diselenggarakan lomba berenang di danau air hujan. Pemenangnya santri dari Medan,  setelah ditanya bagaimana belajar berenangnya.  Dia ceritakan bahwa ayahnya mengajaknya ke jembatan di bawahnya ada sungai,  lalu dia didorong ke sungai dan oleh ayahnya disuruh gerak terus agar tidak tenggelam.  Akhirnya itu belajar pertama kali.

Begitu juga dengan membaca kitab. Jika belum membaca tulisan arab sudah sibuk memikirkan tentang macam-macam, maka bisa diprediksi hampir pasti tidak ada kemauan untuk baca kitab, apalagi sudah menanam di pikiran bahwa baca kitab itu sulit. Kemungkinan besarnya,  pegang kitab saja sulit apalagi sampai lihat tulisannya.

Terus bagaimana?  Apa yang dilakukan? Caranya ambil kitab,  apa saja yang disenangi. Lalu cobalah untuk mulai membaca kata perkata.  Bacalah saja apa yang ada di dalam pikiran dan perasaanmu, secara perlahan.

Selanjutnya?  Carilah teman yang agak paham atau minta seorang ustadz menyimak lalu bacalah dihadapannya. Awalnya barangkali banyak kesalahan tapi teruslah baca dan berikan artinya.  Jangan lupa siapkan kitab Tasrif dan Kamusnya, dengan begitu bisa membantumu.

Bacalah dan pahamilah semua tulisan di kitab tanpa ragu, apalagi ada teman atau guru.  Seiring dengan berjalannya waktu nanti akan ditemukan mana yang mesti diperbaiki. Mana yang lebih diperhatikan. Lama-lama akan lancar dan mampu baca kitab dengan baik.

Masih belum bisa dan belum berani,  cobalah ikut belajar Teknik Baca Kitab dengan Metode Sistematika Wahyu. Metode belajar mudah baca kitab dengan cara talaqqi dan teknik kayyis,  belajar dari pengalaman dan belajar dari kesalahan. Untuk informasi lebih lanjut,  bisa hubungi WA 081 331 512 040

Comments

Popular posts from this blog

Amtsilah Tasrifiyah Karya Syeikh Muhammad Maksum bin Ali

Kitab amtsilah tasrifiyah adalah kitab rujukan bagi setiap santri yang ingin memiliki kemampuan membaca kitab. Di dalamnya sebagaimana namanya contoh berisikan contoh-contoh tasrifan baik istilahi ataupun tashrif lughowi. Bagi santri awal, menghafal contoh-contoh dalam kitab ini merupakan kegiatan yang harus dilakukan. Dan itu merupakan langkah awal sebelum memahami ilmu Shorof dan cara mentasrif Isim atau pun fi'il. Untuk tahap awal maka semua santri yang belajar bahasa Arab maka perlu melalui tahap latihan membaca semua amtsilah (contoh-contoh) Isim dan Fiil yang ada pada kitab Amtsilah Tasrifiyah. Syekh Muhammad Maksum bin Ali, kesimpulan penulis, sudah melakukan penelitian secara menyeluruh sehingga mampu menghadirkan contoh yang komprehensif mencakup semua informasi tentang Fiil dan Isim sesuai dengan wazan tertentu.  berikutnya, kami tautkan link kitab Amtsilah Tasrifiyah bagi santri dan mahasiswa yang sudah pasti sangat bertumpu pada kitab ini dalam berinteraksi dengan bahas

AKAL SEHAT MANUSIA

  Dalam kamus lisanul Arab yang dikarang oleh Ibnu Manzur, Asy Syibawaih menjelaskan bahwa akal artinya terikat, terjaga, dan terbatas. "Uqila lahu Syai’un" artinya iya dijaga, iya diikat, atau iya dibatasi oleh sesuatu. Ibnu Bari mengartikan akal sebagai sesuatu yang memberikan kesabaran dan nasihat bagi orang yang memerlukan. Akal memiliki karakteristik bahwa: 1. Pemilik akal mampu mengekang hawa nafsunya dan menolak rayuannya untuk masuk pada kebinasaan, menjaga dari terjerumus ke kehancuran. 2. Akal membedakan manusia dari seluruh hewan. Dalam agama Islam, akal tidak semata-mata berkaitan dengan aspek nalar, hafalan, dan semisalnya. Tetapi, mencakup keterkaitannya dengan moral. Keterkaitan antara akal dan moral dapat diketahui dalam hadits Nabi yang diriwayatkan dari Sahabat Abu Darda’ radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Wahai Uwaimir, tambahilah akalmu niscaya kau akan bertambah dekat dengan Tuhanmu!" Lalu Abu Darda bertanya, "Bagaimana

Solusi Kualitas Pendidikan lebih baik? Islamisasi Ilmu Pengetahuan

  Pembahasan sejarah epistemologi Barat dimulai dengan asal-usul kata "epistemologi" dari bahasa Yunani, yaitu episteme (pengetahuan) dan logos (teori atau alasan). Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki keaslian pengertian, struktur, metode, dan validitas ilmu pengetahuan. Dalam perkembangannya, epistemologi Barat melalui fase filsafat kuno, Hellenis, Abad Pertengahan, dan Abad Modern. Filsafat kuno diwakili oleh Plato dan Aristoteles, dengan pemikiran tentang keyakinan yang benar, pengetahuan, dan kebodohan. Pada periode Hellenis muncul aliran seperti epikurianisme, stoikisme, dan skeptisisme. Abad Pertengahan diwakili oleh Thomas Aquinas dan William of Ockham. Filsafat modern membawa rasionalisme, empirisme, kritisisme, dan positivisme. Rasionalisme menekankan akal sebagai sumber utama pengetahuan, sementara empirisme mengandalkan pengalaman. Kritisisme, yang diperkenalkan oleh Immanuel Kant, menggabungkan elemen rasionalisme dan empirisme. Positivisme men