Saat keadaan kacau, situasi tidak terkendali, kondisi keamanan tidak menentu, kekhawatiran dan kecurigaan antar masyarakat hadir selalu. Saat-saat itulah pemimpin itu sangat ditunggu-tunggu. Hal ini juga terjadi di lingkungan masyarakat dalam skala sangat kecil, di keluarga rumah tangga. Pun demikian, pada lingkungan masyarakat dalam skala lebih besar seperti lingkungan RT, RW, bahkan lingkungan masyarakat Desa. Apatah lagi dalam skala pemerintahan Kabupaten, Kotamadya, Pemerintahan Propinsi bahkan Negara.
Masalah dalam kehidupan manusia selalu ada. Konflik itu sudah pasti terjadi karena keinginan setiap manusia berbeda. Aturan kehidupan bermasyarakat dibuat dalam rangka meminimalisir konflik itu. Namun, di antara manusia yang taat aturan, di sana, selalu saja ada manusia yang melanggar aturan itu. Konflik antar mereka pun terjadi dan tidak bisa dihindari. Nah, disinilah pemimpin itu wajib berdiri, menegaskan izzah dari kepemimpinnanya. Berfungsi sebagai penegas dan penyelesai masalah yang terjadi di masyarakat. Berdiri tegak sebagai pelindung dan pelayan semua masyarakat yang dipimpinnya. Situasi seperti ini seorang pemimpin diuji kepemimpinannya.
Pemimpin dalam skala apapun, apalagi pemimpin negara dengan sebutan Pak Presiden atau pemerintahan di bawahnya dengan sebutan Pak Gubernur, harus tegas menghadapi situasi genting dan merugikan masyarakat yang dipimpinnya. Sejatinya, semua pihak menunggu apa yang mau dilakukan Pak Presiden? apa yang akan diperbuat Pak Gubernur?
Semua orang yang dipimpin, posisi mereka ada di bawah. Mereka di bawah kerendahan, mereka mendongak ke atas, mereka sedang menunggu, mereka sedang melihat. Tentunya, yang di atas bagi mereka yang di bawah lebih jelas. Dan, kalau bertanya pada fitrah manusia, bergumam pada sisi kemanusiaan, tak mungkin tega lah sampai membunuh dan menghancurkan. Sifat dasar manusia adalah membangun dan memperbaiki, senang dengan pembangunan dan perbaikan, senang dengan keindahan dan keteraturan. Seandainya ada bentuk manusia, lalu senang menghancurkan dan suka membunuh, pasti sifat dasarnya sudah meninggalkan bentuknya. Manusia hanya namanya, tapi sifatnya mengaum, menerkam, menghunjam, buas dan beringas, dan memangsa.
Di sini, pentingnya manusia dipimpin manusia. Jika situasi ini terjadi, manusia sudah ditinggalkan sifat dasarnya dan sifat asalnya, maka pemimpin bergerak tegas, berbuat mantap, memberikan solusi dengan instruksi yang jelas, untuk mengembalikan sifat dasar manusia ini. Pemimpin berbuat secara cepat untuk menormalkan kondisi kemanusiaan ini. Situasi di negeri Nu War harus dikembalikan dan dinormalkan. Jangan sampai manusia ditinggalkan kemanusiannya terlalu jauh. Menormalkan dan mengembalikan kemanusiaan ini hanya bisa dilakukan oleh pemimpin, karena pada mereka daya dan kekuatan, Alloh swt titipkan. Mari kita doakan semoga kita dihidupkan dan dimatikan Alloh swt dalam keadaan menjadi manusia, hamba Alloh SWT yang Istiqomah dalam
penghambaan kepada Nya. Amiin. Wallohu A'lamu.
Comments
Post a Comment