Skip to main content

Pembelajaran Membaca dan Membaca Pembelajaran


Qiroah artinya membaca sedangkan Kitabah artinya menulis. Dalam pembelajaran bahasa Arab untuk materi membaca dan menulis disebut juga dengan Qiroah Kitabah. Pembelajaran Qiroah Kitabah merupakan pembelajaran tahap dasar bagi pembelajar bahasa Arab. Beberapa perguruan tinggi Islam di Indonesia memberikan materi membaca dalam pembelajaran bahasa Arab dengan istilah yang berbeda-beda seperti Qiroah, Kitabah, Fahmul Maqru’, Imla’, Khot.

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, keterampilan menulis merupakan salah satu kompetensi dasar yang diajarkan mulai tingkat sekolah dasar. Begitu juga keterampilan membaca. Sehingga di Indonesia, materi pada pendidikan dasar dikenal dengan istilah Calistung yang merupakan kependekan dari Membaca Menulis dan berhitung.[1] 

Demikian juga, bagi mahasiswa Indonesia yang belajar bahasa Arab, Qiroah Kitabah merupakan kompetensi dasar yang harus dikuasai, karena kedua materi ini menopang peningkatan penguasaan kemampuan berbahasa Arab pada tingkat yang lebih tinggi. Gambarannya pembelajaran membaca dalam bahasa Arab sebagaimana pembelajaran membaca bahasa Indonesia untuk sekolah dasar.

Para guru bahasa Indonesia, untuk tingkat pendidikan dasar, membagi kegiatan membaca menjadi dua bagian yaitu membaca permulaan dan membaca lanjut. Membaca permulaan dilaksanakan pada SD kelas rendah atau mereka istilahkan kelas bawah (I dan II). 

Di dalam membaca permulaan, siswa diharapkan dapat mengenali jenis-jenis huruf, suku kata, kata dan kalimat serta mampu membaca dalam berbagai konteks. Membaca lanjut mulai diterapkan pada SD kelas III ke atas atau dengan istilah yang lain kelas atas.[2]

Dalam pembelajaran bahasa Arab uraian mengenai jenis membaca memiliki maksud yang hampir sama dengan apa yang diuraikan oleh guru bahasa Indonesia. Thoaimah dan Al Khuli membagi kegiatan membaca dengan membaca bersuara dan membaca (tidak bersuara) dalam hati, Qiroah Jahriyah (Shoitah) dan Qiroah Sirriyah (Shomitah).[3]

1. Pembelajaran Qiroah

Pembelajaran Qiroah bertujuan untuk memberikan kemampuan kepada mahasiswa dalam kemampuan membaca permulaan sampai dengan membaca lanjut. Membaca permulaan adalah membaca bagi pemula yang meliputi pengenalan mahasiswa terhadap nama-nama huruf hijaiyah, nama dan bunyi tanda baca, bagaimana ketika huruf hijaiyah ada tanda bacanya.

a. Membaca Teknik Dasar ( Membaca dengan suara keras )[4]

Membaca teknik ialah membaca dengan lafal suara yang baik dan benar dan intonasi yang wajar. Pengajar atau dosen harus melatih pembelajar untuk melafalkan huruf hijaiyah dalam kata atau kalimat sesuai dengan tempat keluarnya huruf dan sesuai dengan sifat-sifat hurufnya. Panjang pendeknya bacaan dan berhenti atau lanjutnya bacaan dalam kata kalimat. 

Biasanya pembelajaran membaca teknik dengan cara menyimak dan menirukan, sampai pada tahapan benar secara makhroj dan tanda baca. Pembelajaran membaca teknik bisa dilakukan dengan cara individual dan klasikal.

b. Membaca dalam Hati

Membaca dalam hati perlu dilatih setelah mahasiswa menguasai kemampuan membaca teknik dengan penguasaan tata bahasa ilmu nahwu dan shorrof yang baik. mahasiswa dilatih membaca teks dengan tanpa suara dan bibir tidak bergerak. Membaca dalam hati bisa digunakan sebelum membaca dengan suara yang keras. Membaca dalam hati bagi pembelajar tingkat lanjut berfungsi untuk membaca dengan memahami isi bacaan.[5]

Membaca jenis ini disebut oleh guru bahasa Indonesia dengan istilah membaca pemahaman, yang berarti membaca tanpa suara dengan tujuan memahami isi bacaan. Untuk memberikan penilaian apakah mahasiswa memahami maksud bacaan adalah dengan cara menceritakan kembali isi bacaan atau mengajukan pertanyaan seputar isi bacaan. Keadaan ini bisa disebut juga dengan kemampuan memahami dan memberi pemahaman kepada orang lain ( Maharotul Fahmi wal Ifham ).[6] 

Proses memahami dan memberi pemahaman kepada orang lain adalah memahami bahasa tulisan dengan membaca dan menyampaikan kepada orang lain dengan bahasa lisan.

Di samping yang disebutkan di atas, guru-guru bahasa Indonesia juga menambahkan pembelajaran membaca dengan, membaca indah, membaca cepat, membaca pustaka dan membaca bahasa.  Secara singkat istilah tersebut diuraikan berikut ini. 

Membaca Indah ialah seperti membaca puisi atau fiksi dengan intonasi yang tepat dan emosi yang baik. Kegiatan ini bersifat apresiatif sehingga melibatkan penghayatan, penjiwaan dan emosi. 

Membaca cepat bertujuan agar siswa dapat membaca dengan cepat dengan waktu yang ditentukan. Waktu yang ditentukan sesuai dengan tingkat kesukaran bahan bacaan. Pembelajar perlu dilatih gerakan mata, arah pandangan, hindari membaca kata demi kata dan menunjuk bacaan dengan satu jari. 

Kegiatan membaca pustaka merupakan kegiatan membaca di luar jam formal perkuliahan. Kegiatan ini dapat berupa penugasan individu maupun kelompok. Kegiatan ini bertujuan agar dapat mengembangkan minat mahasiswa dalam membaca. Biasanya, untuk pondok pesantren dengan diberi permasalahan yang harus dijawab seperti masalah fiqh dan tata bahasa.  

Yang terakhir adalah membaca bahasa yaitu kegiatan membaca ditekankan untuk memahami kebahasaan, bukan memahami isi. Jadi melalui membaca kebahasaan siswa dapat dilatih mengenai makna dan penggunaan kata, pemakaian imbuhan, ungkapan serta kalimat.
===

[1] Yuhana, Desain Pembelajaran Menulis dengan Pendekatan Kontekstual Pada Sekolah Dasar, Universitas Negeri Malang,  2012.

[2] Yayah Churiyah, Kajian KBK mata pelajaran Bahasa Indonesia, lihat Depdikbud, Petunjuk pengajaran membaca dan menulis kelas I, II di sekolah dasar, Jakarta:  P2MSDK, 1992.

[3] Toaimah, Rusydi Ahmad. Manaahiju Tadriisi al-Lughoti al-Arabiyah Bi al-Ta’liimi al-Asaasiy. Kairo: Dar al-Fikr al-Arabi, 1991.

[4] Muhammad Ali Al Khuli, Taklim al-Lughoh Haalat wa Takliqot, Amman : Dar al-Falah, 1998. Hal 55.

[5] ibid

[6] Damanhuri, Faaliyatu Qiroati An-Nushus al-Arobiyah Fi Tanmiyati Maharoti al-Kalam, Tesis, hal 36.

Comments

Popular posts from this blog

Amtsilah Tasrifiyah Karya Syeikh Muhammad Maksum bin Ali

Kitab amtsilah tasrifiyah adalah kitab rujukan bagi setiap santri yang ingin memiliki kemampuan membaca kitab. Di dalamnya sebagaimana namanya contoh berisikan contoh-contoh tasrifan baik istilahi ataupun tashrif lughowi. Bagi santri awal, menghafal contoh-contoh dalam kitab ini merupakan kegiatan yang harus dilakukan. Dan itu merupakan langkah awal sebelum memahami ilmu Shorof dan cara mentasrif Isim atau pun fi'il. Untuk tahap awal maka semua santri yang belajar bahasa Arab maka perlu melalui tahap latihan membaca semua amtsilah (contoh-contoh) Isim dan Fiil yang ada pada kitab Amtsilah Tasrifiyah. Syekh Muhammad Maksum bin Ali, kesimpulan penulis, sudah melakukan penelitian secara menyeluruh sehingga mampu menghadirkan contoh yang komprehensif mencakup semua informasi tentang Fiil dan Isim sesuai dengan wazan tertentu.  berikutnya, kami tautkan link kitab Amtsilah Tasrifiyah bagi santri dan mahasiswa yang sudah pasti sangat bertumpu pada kitab ini dalam berinteraksi dengan bahas

AKAL SEHAT MANUSIA

  Dalam kamus lisanul Arab yang dikarang oleh Ibnu Manzur, Asy Syibawaih menjelaskan bahwa akal artinya terikat, terjaga, dan terbatas. "Uqila lahu Syai’un" artinya iya dijaga, iya diikat, atau iya dibatasi oleh sesuatu. Ibnu Bari mengartikan akal sebagai sesuatu yang memberikan kesabaran dan nasihat bagi orang yang memerlukan. Akal memiliki karakteristik bahwa: 1. Pemilik akal mampu mengekang hawa nafsunya dan menolak rayuannya untuk masuk pada kebinasaan, menjaga dari terjerumus ke kehancuran. 2. Akal membedakan manusia dari seluruh hewan. Dalam agama Islam, akal tidak semata-mata berkaitan dengan aspek nalar, hafalan, dan semisalnya. Tetapi, mencakup keterkaitannya dengan moral. Keterkaitan antara akal dan moral dapat diketahui dalam hadits Nabi yang diriwayatkan dari Sahabat Abu Darda’ radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Wahai Uwaimir, tambahilah akalmu niscaya kau akan bertambah dekat dengan Tuhanmu!" Lalu Abu Darda bertanya, "Bagaimana

Solusi Kualitas Pendidikan lebih baik? Islamisasi Ilmu Pengetahuan

  Pembahasan sejarah epistemologi Barat dimulai dengan asal-usul kata "epistemologi" dari bahasa Yunani, yaitu episteme (pengetahuan) dan logos (teori atau alasan). Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki keaslian pengertian, struktur, metode, dan validitas ilmu pengetahuan. Dalam perkembangannya, epistemologi Barat melalui fase filsafat kuno, Hellenis, Abad Pertengahan, dan Abad Modern. Filsafat kuno diwakili oleh Plato dan Aristoteles, dengan pemikiran tentang keyakinan yang benar, pengetahuan, dan kebodohan. Pada periode Hellenis muncul aliran seperti epikurianisme, stoikisme, dan skeptisisme. Abad Pertengahan diwakili oleh Thomas Aquinas dan William of Ockham. Filsafat modern membawa rasionalisme, empirisme, kritisisme, dan positivisme. Rasionalisme menekankan akal sebagai sumber utama pengetahuan, sementara empirisme mengandalkan pengalaman. Kritisisme, yang diperkenalkan oleh Immanuel Kant, menggabungkan elemen rasionalisme dan empirisme. Positivisme men